Bullying di kampus merupakan masalah serius yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental, prestasi akademik, dan kesejahteraan sosial mahasiswa. Dalam lingkungan kampus, bullying bisa berbentuk verbal, fisik, atau bahkan cyberbullying, dan hal ini tidak hanya melibatkan pelaku dan korban, tetapi juga komunitas kampus yang lebih luas.
Untuk menangani dampak bullying, kombinasi bantuan dari psikolog dan pengacara sangat penting guna memberikan dukungan psikologis serta perlindungan hukum yang dibutuhkan oleh korban.
1. Peran Psikolog dalam Penanganan Bullying
Korban bullying sering kali mengalami berbagai masalah mental dan emosional seperti kecemasan, stres, depresi, dan trauma yang berkepanjangan. Kondisi ini dapat mempengaruhi produktivitas akademik dan kehidupan sosial mereka di kampus. Oleh karena itu, peran psikolog sangat penting untuk membantu korban pulih secara emosional dan mengatasi dampak negatif bullying.
Psikolog akan mendampingi korban melalui konseling dan terapi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu. Menurut American Psychological Association (APA), 70% korban bullying menunjukkan peningkatan dalam kesehatan mental mereka setelah menerima dukungan dari psikolog atau konselor.
Dengan pendekatan yang tepat, korban dapat membangun kembali kepercayaan diri mereka dan mengurangi dampak trauma akibat pengalaman bullying.
Baca Juga : Tips Menjaga Kesehatan Mata
2. Peran Pengacara dalam Memberikan Perlindungan Hukum
Selain dukungan psikologis, korban bullying juga membutuhkan bantuan hukum untuk melindungi hak-hak mereka dan memastikan bahwa pelaku bertanggung jawab atas tindakannya. Di kampus, bullying dapat menjadi pelanggaran serius yang melanggar peraturan institusi dan hukum nasional.
Pengacara dapat memberikan panduan hukum bagi korban mengenai langkah-langkah yang perlu diambil, termasuk melaporkan kasus bullying ke pihak kampus atau bahkan mengajukan tuntutan hukum jika diperlukan.
Berdasarkan hukum di Indonesia, bullying yang melibatkan kekerasan atau intimidasi dapat dijerat dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, terutama jika korbannya masih di bawah umur.
Pengacara juga dapat memastikan bahwa proses hukum yang diambil berlangsung secara adil, sehingga korban mendapatkan keadilan dan rasa aman di lingkungan kampus.
3. Mengapa Pendekatan Gabungan Penting?
Mengatasi bullying memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan baik aspek psikologis maupun hukum. Psikolog membantu korban untuk pulih secara mental, sementara pengacara memastikan bahwa hak-hak korban dilindungi secara legal.
Baca Juga : Pengaruh Pengonsumsian Pil KB Untuk Wanita
Penutup
Dengan bantuan gabungan dari psikolog dan pengacara, korban bullying di kampus dapat merasa lebih aman dan terlindungi, serta mendapatkan pemulihan yang lebih komprehensif.
Tinggalkan Balasan